Cinta Indonesia - Bahasa Indonesia Baku


www.mie-indonesia.com "Cinta Indonesia - Bahasa Indonesia Baku" selanjutnya........ 
Beberapa dari kita mungkin ada yang tidak peduli dengan bahasa Indonesia yang kita tulis sehari-hari....., atau kita menganggap bahwa apa yang telah kita tulis atau teks yang kita baca dari aneka macam media sudah benar, padahal kalau kita periksa kembali dari kamus bahasa Indonesia atau referensi dari tim pakar bahasa Indonesia, ternyata masih salah. Tidaklah mengherankan kalau nilai bahasa Indonesia dari beberapa siswa kadang masih di bawah standard, dan yang lebih mengherankan lagi ada siswa yang bahkan nilai bahasa Indonesianya lebih rendah daripada nilai bahasa Inggris.

Fenomena di atas secara tidak langsung mengingatkan kita untuk berguru dan mengedukasi orang lain supaya sudah saatnya kita berguru memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pada kesempatan ini, penulis akan memperlihatkan panduan yang tepat dalam menulis yang terdiri dari beberapa belahan yaitu :



I.  PEMAKAIAN HURUF
.
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf. Nama huruf disertakan di sebelahnya, menyerupai gambar 1.
 Beberapa dari kita mungkin ada yang tidak peduli dengan bahasa Indonesia yang kita tulis  Cinta Indonesia - Bahasa Indonesia Baku
Gambar 1. Susunan huruf terdiri dari 26 huruf
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u menyerupai gambar 2.
Gambar 2. Susunan huruf vokal terdiri dari 5 huruf
* Dalam pengajaran lafal kata, sanggup digunakan tanda aksen bila ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya:

  • Anak-anak bermain di teras (teras).
  • Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.
  • Kami menonoton film seri (seri).
  • Pertandingan iru berakhir seri.

C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z, susunan huruf yang bukan vokal.

D. Huruf diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi, menyerupai gambar 3.
 Beberapa dari kita mungkin ada yang tidak peduli dengan bahasa Indonesia yang kita tulis  Cinta Indonesia - Bahasa Indonesia Baku
Gambar 3. Contoh pemakaian diftong
E. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat adonan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan, penggunaannya menyerupai gambar 4.
 Beberapa dari kita mungkin ada yang tidak peduli dengan bahasa Indonesia yang kita tulis  Cinta Indonesia - Bahasa Indonesia Baku
Gambar 4. Contoh pemakaian  huruf konsonan
F. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya :
             ma-in, sa-at, bu-ah
Huruf diftong ai, au, oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan diantara kedua huruf itu.
             au-la bukan a-u-la
             sau-dara bukan sa-u-da-ra
             am-boi bukan am-bo-i

b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk adonan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
             ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir

c. Jikan di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. adonan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
Misalnya:
             man-di, som-bong, swas-ta, ca-plok Ap-ril, bang-sa, makh-luk

d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
             in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok ikh-las

2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, sanggup dipenggal pada pergantian baris.
contohnya :
            makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah

Catatan:
a. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
b. Akhiran -i tidak dipenggal. (Lihat juga keterangan wacana tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 1.)
c. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut. Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi


3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu sanggup bergabung dengan unsur lain, pemenggalan sanggup dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur adonan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c dan 1d di atas.
Misalnya:
           Bio-grafi, bi-o-gra-fi
           Foto-grafi, fo-to-gra-fi
           Intro-speksi, in-tro-spek-si
           Kilo-gram, ki-lo-gram
           Pasca-panen, pas-ca-pa-nen

Keterangan:
Nama orang, tubuh hukum, dan nama dari yang lain diubahsuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali bila ada pertimbangan khusus.


II. PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING

A. Huruf Kapital atau Huruf Besar
1. Huruf kapital atau huruf besar digunakan sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat. 
Misalnya:
           Dia mengantuk.
           Apa maksudnya?
           Kita harus beker keras.
           Pekerjaan itu belum selesai.

2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
           Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
           Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!” “Kemarin engkau terlambat,” katanya.
           “Besok pagi,” kata ibu, “dia akan berangkat”.

3. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berafiliasi dengan nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
          Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen.
          Tuhan akan memperlihatkan jalan kepada hamba-Nya
          Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

4. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
           Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.

5. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
           Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
           Siapakah gubernur yang gres dilantik itu?
           Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.

6. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
           Amir Hamzah, Dewi Sartika

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
           Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere

7. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. 
Misalnya:
           Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris

Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
           Mengindonesiakan kata asing
           Keinggris-inggrisan

8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,, dan kejadian sejarah.
Misalnya:
           tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus

Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama kejadian sejarah yang tidak dipkai sebagai nama.
Misalnya:
           Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
           Perlombaan senjata membawa resiko pecahnyaperang Punia.

9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
           Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan

Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
           berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberangi selat

Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
           garam inggris, gula jawa, pisang ambon

10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, forum pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata menyerupai dan.
Misalnya:
           Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama kata yang bukan nama negara, forum pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
           Menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kolaborasi antara pemerintah dan rakyat

11. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang tepat yang terdapat pada nama badan, forum pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
           Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar Repulik Indonesia


12. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali kata menyerupai di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
           Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
           Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
           Dia yaitu biro surat kabar Sinar Pembangunan.
           Ia menuntaskan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.

13. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
           Dr.       doctor
           M.A.    master of arts
           S.E.      sarjana ekonomi
           S.H.      sarjana hukum
           S.S.      sarjana sastra
           Prof.     professor
           Tn.       Tuan
           Ny.       Nyonya
           Sdr.      saudara

14. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan menyerupai bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang digunakan dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
           “Kapan Bapak Berangkat?” tanya Harto.
           Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
           Surat Saudara sudah saya terima.
           “Silakan duduk, Dik!” kata Ucok.
           Besok Paman akan datang.
           Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
           Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.

Huruf capital tidak digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.

Misalnya:
           Kita semua harus menghormati bapak dan Ibu kita.
           Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

15. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
           Sudahkah Anda tahu?
           Surat Anda telah kami terima.

B. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
           majalah Bahasa dan Sastra, buku Negarakertagama karangan Prapanca, surat kabar Suara Rakyat.

2. Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, belahan kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
           Huruf pertama kata abad yaitu a.
           Dia buka menipu, tetapi ditipu.
           Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
           Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

3. Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah diubahsuaikan ejaannya.
Misalnya:
           Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.
           Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
           Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’
Tetapi:
           Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Catatan :
Dalam Tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis dibawahnya. 

III. PENULISAN KATA

A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
           Ibu percaya bahwa engkau tahu.
           Kantor pajak penuh sesak.
           Buku itu sangat tebal.

B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
           bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.

2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan wacana tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
            bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.

3. Jika bentuk dasar yang berupa adonan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur adonan kata itu ditulus serangkai. (Lihat juga keterangan wacana tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan
1. Jika salah satu unsur adonan kata hanya digunakan dalam kombinasi, adonan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
           adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama, bikarbonat,
           biokimia, caturtunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna,

catatan:
1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya yaitu huruf kapital, di antara kedua unsur itu harus dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
           non-Indonesia, pan-Afrikanisme

2) Jika kata maha sebagai unsur adonan diikuti kata esa dan kata yang bukan kata dasar, adonan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
           Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
           Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

C. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan memakai tanda hubung.
Misalnya:
           anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang

D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazim disebuta kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur- unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
           duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, model linier,

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian sanggup ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
           Alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda.

3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya:
           Adakalanya, akhirulkalam, Alhamdulillah, astaghfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana,      bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmawisata, dukacita,

E. Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
            Apa yang kumiliki boleh kauambil.
            Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam adonan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata menyerupai kepada dan daripada. (Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)
Misalnya:
           Kain itu terletak di dalam lemari.
           Bermalam sajalah di sini.
           Di mana Siti sekarang?
           Mereka ada di rumah.
           Saya pergi ke sana-sini mencarinya.

Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini dtulis serangkai.
          Si Amin lebih bau tanah daripada si Ahmad.
          Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
          Kesampingkan saja duduk kasus yang tidak penting itu.
          Ia masuk, kemudian keluar lagi.
          Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
          Bawa kemari gambar itu.

G. Kata Si dan Sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
          Harimau itu murka sekali kepada sang Kancil.
          Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.

H. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
         Bacalah buku itu baik-baik.
         Apakah yang tersirat dalam dalam surat itu?
         Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia.
         Siapakah gerangan dia?
         Apalah gunanya bersedih hati?

2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
           Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
           Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.
           Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah tiba ke rumahku.
           Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.

Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, contohnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.
Misalnya:
         Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
         Bagaimanapun juga akan dicobanya menuntaskan kiprah itu.
         Baik mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.
         Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya sanggup dijadikan pegangan.
         Walaupun miskin, ia selalu gembira.

3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari belahan kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
           Pegawai negeri mendapat kenaikan honor per 1 April.
           Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
           Harga kain itu Rp 2.000,00 per helai.

I. Singkatan dan Akronim
1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
            A.S Kramawijaya
            Muh. Yamin
            Suman Hs.
            Sukanto S.A.
            M.B.A     master of business administration
            M.Sc.      master of science
            S.E.         sarjana ekonomi
            S.Kar.      sarjana karawitan
            S.K.M     sarjana kesehatan masyarakat
            Bpk.        Bapak
            Sdr.         Saudara
            Kol.        kolonel

b. Singkatan nama resmi forum pemerintah dan ketatanegaraan, tubuh atau organisasi, serta nama dokumentasi resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
           DPR     Dewan Perwakilan Rakyat
           PGRI    Persatuan Guru Republik Indonesia
           GBHN  Garis-Garis Besar Haluan Negara
           SMTP   Sekolah Menengah Tingkat Pertama
           PT         Perseroan Terbatas
           KTP      Kartu Tanda Penduduk

c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
           dll.   dan lain-lain
           dsb.  dan sebagainya
           dst.   dan seterusnya
           hlm.  halaman
           sda.   sama dengan atas
           Yth.  (Sdr. Moh. Hasan) Yang terhormat (Sdr. Moh. Hasan)

Tetapi:
           u.b.   untuk beliau
           u.p.   untuk perhatian
           d.a.   dengan alamat

d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
           Cu     cuprum
           TNT  trinitrotulen
           cm     sentimeter
           kVA   kilovolt-ampere
           l         liter
           kg      kilogram
           Rp     (5.000,00) (limaribu) rupiah

2. Akronim kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
a. Akronim nama diri yang berupa adonan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf capital.
Misalnya:
          ABRI    Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
          LAN     Lembaga Administrasi Negara
          PASI     Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
          IKIP      Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

b. Akronim nama diri yang berupa adonan suku kata atau adonan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
          Akabri      Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
          Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
          Iwapi        Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
          Kowani    Kongres Wanita Indonesia
          Sespa       Sekolah Staf Pimpinan Administrasi

c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa adonan huruf, suku kata, ataupun adonan huruf dan kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
          pemilu      pemilihan umum
          radar         radio detecting and ranging
          rapim        rapat pimpinan
          rudal         peluru kendali
          tilang        bukti pelanggaran

Catatan:
bila dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
(1) Jumlah suku kata abreviasi jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia.
(2) Akronim dibuat dengan mengindahkan keserasian kombinasi vocal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

J. Angka dan Lambang Bilangan
1. Angka digunakan untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam goresan pena lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
         Angka Arab       : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
        Angka Romawi  : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1000), V (5.000), M (1.000.000)
Pemakaiannya diatur leih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.

2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjagng, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya:
           0,5 sentimeter 1 jam 20 menit
           5 kilogram pukul 15.00
           4 meter persegi tahun 1928
           10 liter 17 Agustus 1945
           Rp5.000,00 50 dolar Amerika
           US$3.50* 10 paun Inggris

3. Angka lazim digunakan untuk melambangka nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya:
           Jalan Tanah Abang I No. 15 Hotel Indonesia, Kamar 169

4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
           Bab X, Pasal 5, halaman 252 Surah Yasin: 9

5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh
Misalnya:
           Dua belas 12
           Dua puluh dua 22
           Dua ratus dua puluh dua 222

b. Bilangan pecahan
Misalnya:
           Setengah               1/2
           Tiga perempat       3/4
           Seperenam belas   1/16
           Satu persen           1%
           Satu permil           1%o

6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
Paku Buwono X; pada awal periode XX; dalam kehidupan periode ke-20 ini; lihat Bab II; Pasal 5;    dalam belahan ke-2 buku itu; di tempat tingkat II itu; di tingkat kedua gedung itu; di tingkat ke-2 itu; kantor di tingkat II itu.

7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut. (Lihat juga keterangan wacana tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
           tahun ’50-an atau tahun lima puluhan
           uang 5000-an atau uang lima ribuan
           lima uang 1.000-an atau lima uang seribuan

8. Lambang bilangan yang sanggup dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali bila beberapa lambang bilangan digunakan secara berurutan, menyerupai dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya:
           Amir menonton drama itu hingga tiga kali.
          Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
          Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memperlihatkan bunyi blangko.
          Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo.

9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak sanggup dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
          Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
          Pak Darmo mengundang 250 orang tamu
Bukan:
          15 orang tews dalam kecelakaan itu.
          Dua ratus limapuluh orang tamu diundang Pak Darmo.

10. Angka yang memperlihatkan bilangan utuh secara besar dapat dieja
Misalnya:
          Perusahaan itu gres saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
          Penduduk Indonesia brjumlah lebi dari 200 juta orang.

9. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali di dalam dokumen resmi menyerupai sertifikat dan kuitansi.
Misalnya:
          Kantor kami memiliki dua puluh orang pegawai.
          Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
          Kantor kami memiliki 20 (dua puluh) orang pegawai.
          Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.

12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
          Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
Bukan:
          Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (Sembilan ratus Sembilan puluh Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.


IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa tempat maupun dari bahasa asing, menyerupai Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsure pinjaman dalam bahasa Indonesia sanggup dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, menyerupai reshuffle, shuttle cock, I’axplanation de I’homme. Unsur-unsur yang digunakan dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya diubahsuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan biar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih sanggup dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.
aa (Belanda) menjadi a
            paal               pal
            baal               bal
            actaaf            oktaf

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
            aerob                    aerob
            aerodimanics        aerodonamika

ae, bila bervariasi dengan e, menjadi e
            haemoglobin         hemoglobin
            haematite              hematit

ai tetap ai
            trailer                    trailer
            caisson                  kaison

au tetap au
            audiogram             audiogram
            hydraulic               hidraulik
            caustic                   kaustik
            tautomer                tautomer

c di muka a, u, o dan konsonan menjadi k
            calomel                  kalomel
            construction           konstruksi
            cubic                      kubik
            coup                       kup
            classification          klasifikasi
            crystal                    kristal

c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
            central                    sentral
            cent                        sen
            cybernetics             sibernetika
            circulation              sirkulasi
            cylinder                  silinder
            ceolom                   selom

cc di muka o, u dan konsonan menjadi k
            accomodation        akomodasi
            acculturation          akulturasi
            accumulation         akumulasi
            acclamation           aklamasi

cc di muka e dan i menjadi ks
            accent                    aksen
            accessory               aksesori
            vaccine                  vaksin

cch dan ch di muka a, o dan konsonan menjadi k
            saccharin               sakarin
            charisma                karisma
            cholera                   kolera
            chromosome          kromosom
            technique               teknik

ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
            echelon                  eselon
            machine                 mesin

ch yang lafalnya c menjadi c
            check                     cek
            China                     Cina

e tetap e
            effect                      efek
            description             deskripsi
            synthesis                sintesis

ea tetap ea
            idealist                   idealis
            habeas                    baheas

ee (Belanda) menjadi e
           stratosfeer               stratosfer
           systeem                   sistem

ei tetap ei
           eicosane                  eikosan
           eidetic                     eidetik
           einsteinium             einsteinium

eo tetap eo
           stereo                      stereo
           geometry                geometri
           zeolite                     zeolit

eu tetap eu
           neutron                   neutron
           eugenol                   eugenol
           europium                europium

f tetap f
            fanatic                    fanatik
            factor                      factor
            fossil                      fosil

gh menjadi g
            sorghum                 sorgum

gue menjadi ge
            igue ige
            gigue gige

i pada awal suku kata di muka vokal tetap
            iambus                   iambus
            ion                         ion
            iota                        iota

ie (Belanda) menjadi i bila lafalnya i
            politiek                  politik
            riem                       rim

ie tetap ie bila lafalnya bukan i
            variety                   varietas
            patient                   pasien
            afficient                 efisien

kh (Arab) tetap kh
            khusus                   khusus
            akhir                      akhir

ng tetap ng 
            contingent             kontingen
            congres                 kongres
            linguistics             linguistik

oe (oi Yunani) menjadi
            oestrogen              estrogen
            oenology               enology
            foetus                    fetus

oo (Belanda) menjadi
            komfoor                kompor
            provoost                provos

oo (Inggris) menjadi u
            cartoon                  kartun
            proof                     pruf
            pool                       pul

oo (vokal ganda) tetap oo 
            zoology                 zoology
            coordination          koordinasi

ou menjadi u jika lafalnya u
            gouverneur            gubernur
            coupon                   kupon
            contour                  kontur

ph menjadi
            phase                      fase
            physiology             fisiologi
            spectograph           spektograf

ps tetap ps 
            pseudo                   pseudo
            psychiatry              psikiatri
            psychic                  psikis
            psychosomatic       psikosomatik

pt tetap pt 
            pterosaur                pterosaur
            pteridology            pteridologi
            ptyalin                   ptyalin

q menjadi k
            aquarium               akuarium
            frequency              frekuensi
            equator                  ekator

rh menjadi r
rhapsody     rapsodi
rhombus      rombus
rhythm        ritme
rhetoric       retorika

sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
scandium       skandium
scoptopia       skoptopia
scutella          skutela
sclerosis        sklerosis
scriptie          skripsi

sc di muka e, i, dan y menjadi s
scenography         senografi
scintillation          sintilasi
scyphistoma         sifistoma

sch di muka vokal menjadi sk
schema               skema
schizophrenia     skizofrenia
scholasticism      skolastisisme

t di muka i menjadi s bila lafalnya s
ratio                rasio
actie                aksi
patient             pasien

th menjadi
theocracy                   teokrasi
orthography               ortografi
thiopental                   tiopental
thrombosis                 trombosis
methode (Belanda)    metode

u tetap
unit              unit
nucleolus     nukleolus
structure      struktur
institute       institute

ua tetap ua 
dualism          dualism
aquarium        akuarium

ue tetap ue 
suede        sued
duet          duet

ui tetap ui 
equinox         ekuinoks
conduite        konduite

uo tetap uo
fluorescein         fluoresein
quorum               kuorum
quota                  kuota

uu menjadi
prematuur         prematur
vacuum             vakum

v tetap
vitamin         vitamin
television      televisi
cavalery        kavaleri

x pada awal kata tetap x 
xanthate         xantat
xenon             xenon
xylophone      xilofon

xc di muka e dan i menjadi ks
exception      eksepsi
excess           ekses
excision        eksisi
excitation     eksitasi

c di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
excavation               ekskavasi
excommunication    ekskomunikasi
excursive                 ekskursif
exclusive                 eksklusif

y tetap y bila lafalnya y 
yakitori          yakitori
yangonin        yangonin
yen                 yen
yuan               yuan

y manjadi y bila lafalnya i 
yttrium             itrium
dynamo            dinamo
propyl              propil
psyschology     psikologi

z tetap
zenith            zenith
zirconium     zirkonium
zodiac           zodiak
zygote           zigot

Misalnya:
gabbro        gabro, commission        komisi
accu            aki,     ferrum                ferum
effect          efek, salfeggio               salfegio

Tetapi:
mass            massa

Catatan:
1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak perlu lagi diubah.
Misalnya:
Kabar, sirsak, iklan, erlu, bengkel, hadir

2. Sekalipun dalam ejaan yang dismpurnakan huruf q dan x diterima sebagai belahan huruf bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan berdasarkan kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja, menyerupai dalam pembedaan nama dan istilah khusus. Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran abnormal serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai belahan kata yang utuh. Kata menyerupai standarisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.

-aat (Belanda) menjadi -at
advocaat             advokat

-age menjadi -ase
percentage          percentase
etalage                etalase

al, -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi -al
structural, structureel         structural
formal, formeel                  formal
normal, normaal                 normal

ant menjadi -an 
accountant           akuntan
informant            informan

archy, -archie (Belanda) menjadi -arki
anarchy, anarchie          anarki
oligarchy, oligarchie     oligarki

ary, -air (Belanda) menjadi -er 
complementary, complementair            komplementer
primary, primair                                    primer
secondary, secondair                             sekunder

V. PEMAKAIAN TANDA BACA

A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik digunakan pada simpulan kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang. Hari ini tanggal 6 April 1973.
Marilah kita mengheningkan cipta.
Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.

2. Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen Dalam Negeri
           A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
           B. Direktorat Jenderal Agraria
1.
b. 1. Patokan Umum
    1.1 Isi Karangan
    1.2 Ilustrasi
          1.2.1 Gambar Tangan
          1.2.2 Tabel
          1.2.3 Grafik

Catatan :
Tanda tititk tidak digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu skema atau ikhtisar bila angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam formasi angka atau huruf.

3. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang memperlihatkan waktu.
Misalnya:
            Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

4. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang memperlihatkan jangka waktu.
Misalnya:
           1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
           0. 20.30 jam (20 menit, 30 detik) 0.0.30 jam (30 detik)

5. Tanda titik digunakan dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul goresan pena yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya:
            Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.

6a. Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
            Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
            Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.

6b. Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak memperlihatkan jumlah.
Misalnya:
            Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
            Lihat halaman 2345 seterusnya.
            Nomor gironya 5645678.

7. Tanda titik tidak digunakan pada simpulan judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
            Acara kunjungan Adam Malik Bentuk dan Kedaulatan (Bab 1 Undang-Undang Dasar ’45)
            Salah Asuhan

8. Tanda titik tidak digunakan di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal suat atau (2) nama dan alamat surat.
Misalnya:
           Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
           Jakarta (tanpa titik)
           1 April 1985 (tanpa titik)

           Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
           Jalan Arif 43 (tanpa titik)
           Palembang (tanpa titik)
Atau:
           Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
           Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
           Jakarta (tanpa titik)

B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma digunakan diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
           Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
           Surat biasa, surat kilat, maupun surat khusus memerlukan prangko.
           Satu, dua, ... tiga!

2. Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata menyerupai tetapi, atau melainkan.
Misalnya:
           Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
           Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

3a. Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului indukn kalimatnya.
Misalnya:
           Kalau hari hujan, saya tidak datang.
           Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat bila anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
           Saya tidak akan tiba kalau hari hujan.
           Dia lupa akan janjinya lantaran sibuk.
           Dia tahu bahwa soal itu penting.

4. Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh lantaran itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
           .... Oleh lantaran itu, kita harus berhati-hati.
           .... Jadi, soalnya tidak semudah itu.

5. Tanda koma digunakan untuk memisahkan kata menyerupai o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
           O, begitu?
           Wah, bukan main!
           Hati-hati, ya, nanti jatuh.
6. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari belahan lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)
Misalnya:
            Kata ibu, “Saya bangga sekali”
            “Saya bangga sekali,” kata ibu, “karena kau lulus.”
7. Tanda koma digunakan di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
          Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,              Jalan raya Salemba 6, Jakarta.
          Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor.
          Kuala Lumpur, Malaysia.

8. Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
           Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta:PT Pustaka Rakjat.

9. Tanda koma digunakan di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
           W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untukKarang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

10. Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya utnuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
           B. Ratulangi, S.E.
           Ny. Khadijah, M.A.

11. Tanda koma digunakan di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
           12,5 m
           Rp12,50

12. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.)
Misalnya:
           Guru saya, Pak Ahmad, pintar sekali.
           Di tempat kami, misalnya, masih banyak orang aki-laki yang makan sirih.
           Semua siswa, baik yang pria maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
         
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma: Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.


13. Tanda koma sanggup dipakai—untuk menghindari salah baca—di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
        Dalam upaya pelatihan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan perilaku yang sungguh-sungguh.
            Atas derma Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan perilaku yang bersungguh-sungguh dalam upaya pelatihan dan pengembanagan bahasa.
Karyadi mengucapkan terima kasih atas derma Agus.

14. Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari belahan lain yang mengiringinya dalam kalimat bila petikan langung itu berakhir dengan tanda tanya atau seru.
Misalnya:
           “Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
           “Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.

C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma sanggup digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
Misalnya:
           Malam akan larut; pekerjaan belum selesai juga

2. Tanda titik koma sanggup digunakan sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
        Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghafal nama-nama pendekar nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.

D. Tanda Dua Titik (:)
la. Tanda titik dua sanggup digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian
atau pemerian.
Misalnya:
           Kita kini memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

lb. Tanda titk dua tidak dipakai bila rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengkahiri pernyataan.
Misalnya:
            Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
            Fakultas itu memiliki Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.

2. Tanda titik dua digunakan setelah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. 
Misalnya:
           a. Ketua         : Ahmad Wijaya
               Sekretaris  : S. Handayani
               Bendahara : B. Hartawan

           b. Tempat Sidang    : Ruang 104
               Pengantar Acara : Bambang S.
               Hari                     : Senin
               Waktu                  : 09.30

3. Tanda titik dua sanggup digunakan dalam teks drama sesudah kata yang memperlihatkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
           Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!”
          Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk)
          Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di bangku besar)

4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara belahan dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan , serta (iv) di antara nama kota dan penerbit buku teladan dalam karangan.
Misalnya:
          Tempo, I (34), 1971: 7
           Surah Yasin: 9
           Karangan Ali Hakim, Pedidikan Seumur Hidup: sebuah Studi, sudah terbit.
           Tjokronegoro, Sutomo, Tjukuplah Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita? Djakarta: Eresco, 1968.

E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
           Di samping cara-cara usang itu ju-
           ga cara yang baru

Catatan :
Suku kata yang berupa satu vocal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.
Misalnya:
           Beberapa pendapat mengenai kasus itu 
           telah disampaikan ....
           Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau 
           beranjak ....
Atau
Beberapa pendapat mengenai masalah
Itu telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak
mau beranjak ....

Bukan:
Beberapa pendapat mengenai kasus i-
tu telah disamapaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-
u beranjak ...

2. Tanda hubung menyambung awalan dengan belahan kata di belakangnya atau akhiran dengan belahan kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
           Kini ada program gres untuk meng-
           ukur panas.
           Kukuran gres ini memudahkan kita me-
           ngukur kelapa.
           Senjata merupakan alat pertahan-
           an yang canggih.

Akhiran i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
            Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada goresan pena cepat dan notula, dan tidak digunakan pada teks karangan.
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
            p-a-n-i-t-i-a 
            8-4-1973

5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan baian kelompok kata.
Misalnya:
            ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5.000), tanggung jawab-dan kesetiakawanan-sosial

Bandingkan dengan:
        Be-revolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25.000), tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial

6. Tanda hubung digunakan untuk merangkai (i) se- dengan kata berikutnya yang dimula dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
Misalnya:
            se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X

7. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
            di-smash, pen-tackle-an

F. Tanda Pisah (—)
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi klarifikasi di luar berdiri kalimat.
Misalnya:
            Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.

2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan oposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
            Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita wacana alam semesta.

3. Tanda pisah digunakan di antara dua dilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
            1910—1945
            Tanggal 5—10 April 1970
            Jakarta—Bandung

Catatan:
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

G. Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis digunakan dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
           Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

2. Tanda elipsis memperlihatkan bahwa dalam satu kalimat atau naskah ada belahan yang dihilangkan.
Misalnya:
           Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

Catatan:
Jika belahan yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu digunakan empat buah titik; tiga buah titik untuk menandai penghilangan teks dan atu untuk menandai simpulan kalimat.

Misalnya:
           Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati....

H. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya digunakan pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
            Kapan ia berangkat?
            Saudara tahu, bukan?

2. Tanda taya digunakan dalam tanda kurung untuk menyatakan belahan kalimat yang disangsikan atau yang kurang sanggup menandakan kebenarannya.
Misalnya:
           Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
           Uangnya sebanyak 10 jta rupiah (?) hilang.

I. Tanda Seru (!)
Tanda seru digunakan setelah ungkapan atau pernyataan yang berupa usul atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
           Alangkah seramnya kejadian itu!
           Bersihkan kamar itu kini juga!
           Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-I istrinya. Merdeka!

J. Tanda Kurung ((...)) 
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
            Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.


2. Tanda kurung mengapit keterangan atau klarifikasi yang bukan belahan integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
            Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama yang populer di Bali) ditulis pada tahun 1962.
            Keterangan itu (lihat Tabel 10) memperlihatkan arus perkembangan gres dalam pasaran dalam negeri.

3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks sanggup dihilangkan.
Misalnya:
            Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain (a).
            Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.

4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
            Faktor produksi menyangkut kasus (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

K. Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau belahan kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau ekurangan itu memang terdapat di naskah asli.
Misalnya:
           Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
            Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38] perlu dibentangkan.

L. Tanda Petik (“...”)
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau materi tertulis lain.
Misalnya:
            “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
            Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau belahan buku yang digunakan dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” dimuat dalam majalah Tempo.
Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang memiliki arti khusus.
Misalnya:
           Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
           Ia bercelana panjang yang di kalangan sampaumur dikenal dengan nama “cutbrai”.

4. Tanda petik epilog mengikuti tanda baca yang mengahkiri petikan langsung.
Misalnya:
           Kata Tono, “Saya juga minta satu.”

5. Tanda baca epilog kalimat atau belahan kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang digunakan dengan arti khusus pada ujung kalimat atau belahan kalimat.
Misalnya:
            Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.
            Bang Komar sering disebut “pahlawan”; ia sendiri tidak tahu sebabnya.

Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik epilog pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.

M. Tanda Petik Tunggal (‘...’)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?” 
“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan
rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.

2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau klarifikasi kata atau ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)
Misalnya:
            feed-back ‘balikan’

N. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring digunakan dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
            No. 7/PK/1973
            Jalan Kramat TTT/10
            tahun anggaran 1985/1986

2. Tanda gris miring digunakan sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
           dikirimkan lewat darat/laut     'dikirim lewat darat atau lewat laut'
           harganya Rp25,00/lembar       'harganya Rp25,00 tiap lembar'

O. Tanda Penyingkat atau Apostrof
Tanda penyingkat memperlihatkan penghilangan belahan kata atau belahan angka tahun.
Misalnya:
            Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
            Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah) 1 Januari ’88. (’88 = 1988)


Semoga postingan "Cinta Indonesia - Bahasa Indonesia Baku"  akan bermanfaat bagi siswa, guru atau para pembaca dari kalangan manapun sebagai materi referensi untuk mulai memakai bahasa Indonesia secara baik dan benar melalui kebiasaan menulis memakai panduan yang tepat.
Jadilah kawan atau partner kami untuk mendapat aneka isu atau artikel terbaru, serta mendapat file-file otomatis untuk siap di download, dengan mendaftar melalui SAYA INGIN MENJADI PARTNER, selanjutnya selesaikan 2 tahapan konfimasi email anda, yaitu mengisi email anda dan mengetik kombinasi angka atau huruf pencegah spam di kotak EMAIL SUBSCRIPTION REQUEST.
Terima kasih bagi pembaca yang sudah melihat, membaca, dan men-follow serta men-share artikel ini.

☺☺ MotivasiInspirasi dan Edukasi Indonesia☺☺

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Un 2018 Matematika #Relasi Dan Fungsi

Un 2018 Matematika #Relasi Dan Fungsi

Sukses Ujian Nasional (Un) 2018 # Lingkaran, Sudut Sentra Dan Sudut Keliling.